Wednesday, February 16, 2011

Yonif 123/Rajawali

Gambar Pangkalan Yonif 123/RW
a. Gambar Mako Yonif 123/RW

















b. Gerbang Mako Yonif 123/RW


















Batalyon Infanteri 123/Rajawali lahir dan berkembang sejalan dengan lahir dan berkembangnya Brigade Infanteri-7/Rimba Raya, dalam rangka melaksanakan tugas pokoknya. Semula Batalyon Infanteri 123/Rajawali dikenal dengan nama Batalyon Infanteri 123/Portibi yang berkedudukan di Padangsidimpuan, berdasarkan Surat Keputusan Pangdam II/BB Nomor : Skep/ 3127/ XI / 1964 tanggal 27 Nopember 1964 tentang pembentukan ROI-64, maka Yonif 121/Macan Kumbang, Yonif 123/Portibi dan Yonif 124/Solubolon dibubarkan dan dilebur menjadi Batalyon Infanteri 203 Brigade 7/Rimba Raya yang berkedudukan di Medan.

Setelah mengalami pasang surutnya organisasi dalam rangka pembangunan TNI-AD pada umumnya, Kodam I/BB pada khususnya, demikian juga organisasi tempur Infanteri lainnya mengalami perkembangan termasuk Yonif 203 berubah nama menjadi Batalyon Infanteri 123/Rajawali. Mengingat tugas pokok yang dihadapi berdasarkan Surat Keputusan Pangdam II/BB Nomor : Skep/ 267 / V / 1973 tanggal 31 Mei 1973 tentang pembentukan ROI-73.
Maka Yonif 123/RW sebagai pilot proyek terbentuknya Batalyon Infanteri 123/Rajawali tidak terlepas dari pembentukan Yonif 203 Brigade 7/Rimba Raya, oleh karenanya hari jadi Batalyon Infanteri 123/Rajawali masih tetap menggunakan hari jadi Batalyon Infanteri 203 Brigade 7/Rimba Raya yang jatuh pada tanggal 27 Nopember 1964 dan sejak tanggal 01 Januari 1985 Yonif 123/Rajawali menjadi bagian dari Korem 023/KS berdasarkan Surat Telegram Pangdam II/BB Nomor : ST/ 761 / 1984 tanggal 29 Oktober 1984.
Arti Lambang/Tunggul Batalyon

1)   Tunggul  Yonif  123/Rajawali  terdiri dari dua bagian sebagai berikut :
a)   Bendera Berlukis
b)   Tiang dengan kepala tiang

2)   Bendera Berlukis
a)   Berbentuk  segi empat  panjang berukuran 58 X 42 Cm dibuat dari kain   sutera   beludru   berwarna   hijau  tua  sebagai warna dasar, ditengah-tengah terlukis lambang Yonif 123/Rajawali dan bertepikan jumbai-jumbai berwarna kuning emas berukuran 5 cm.

b)   Lukisan-lukisan
(1)   Pada sisi kiri (dilihat dari sipembawa) terlukis lambang Kodam I/BB.
(2)   Pada sisi kanan (dilihat dari sipembawa) terlukis lambang Yonif 123/Rajawali dengan motif burung Rajawali.

c)    Lukisan lambang Batalyon Infanteri 123/Rajawali yang dikelilingi rangkaian padi dan kapas serta dua senapan silang dengan penjelasan sebagai berikut :
(1)   Tata warna terdiri dari Hijau, Biru, Kuning, Merah, Putih dan Hitam.
(2)   Tulisan “ RAJAWALI “ pada pita.
(3)   Lukisan terdiri dari :
(a)   Rangkaian padi berwarna kuning emas dan bunga kapas berwarna putih serta daun kapas berwarna hijau.
(b)   Dua senapan silang berwarna kuning emas.
(c)   Lima deret gunung berwarna biru muda.
(d)   Ikat pinggang kuno berwarna kuning emas, dengan garis   tepi    berwarna   merah  darah dengan    tulisan  ” RAJAWALI ”  berwarna hitam.
(e)       Gambar seekor burung Rajawali berwarna hitam, diatas dasar berwarna merah dengan paruh ternganga dan kuku kedua belah kaki siap tempur.

d)   Arti dan makna
(1)  Seekor burung rajawali dengan paruh ternganga kedua kaki terbuka dalam sikap tempur, siaga untuk menyerang dan menghancurkan musuh. Selalu menempatkan diri dengan tangkas diatas ketinggian yang maksimal mengartikan Yonif 123 selalu mengutamakan keterampilan dan keunggulan.
Mempunyai sifat kepahlawanan dalam cerita Moyang Pura, atas keberanian dan kegagahan perkataan burung GARUDA JATAYU membela DEWI SHINTA lambang kesucian sampai titik darah terakhir.
(2) Dengan paruh ternganga melambangkan kejujuran/berterus terang dan keberanian dalam melaksanakan tugas tanpa ragu-ragu.
(3)   Kuku kaki kedua belah terbuka mewujudkan akan menghancurkan musuh tanpa pandang bulu dan tidak kenal kompromi, 5 ( lima ) jari kuku kaki kiri dan kanan bersenjatakan sumpah prajurit.
(4)   Tujuh helai bulu ekor mengartikan dalam menentukan arahnya selalu berpedoman kepada Sapta Marga.
(5)   17 ( tujuh belas ) helai bulu leher, 8 ( delapan ) helai  bulu sayap kiri dan kanan serta 45 ( empat puluh lima ) helai bulu badan kesemuanya itu melambangkan senantiasa mempunyai jiwa dan semangat Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
(6)   Rangkaian padi berjumlah 45 butir, rangkaian kapas yang terdiri dari 8 ( delapan ) bunga kapas, 2 ( dua ) pucuk senapan bersilang dengan sangkur terhunus dan 5 ( lima ) deretan gunung kesemuanya mengartikan ” Dengan jiwa semangat Proklamasi 17 Agustus 1945 dan berlandaskan Pancasila dan Sumpah Prajurit serta senantiasa tetap mejunjung tinggi kebanggaan Corps Infanteri TNI AD, siap siaga menjalankan tugas pantang menyerah walau sampai pada sangkur senjata terakhir.
(7)   Pita pengikat yang bertuliskan kata ” RAJAWALI ”  adalah nama Batalyon Infanteri 123 yang terikat pada hukum disiplin dan peraturan tentara, mempunyai loyalitas dan persatuan yang erat antara sesama didalam Kesatuan Yonif 123 khususnya dan TNI AD pada umumnya.

 e)  Tata Warna.
(1)   Warna hijau berarti kemakmuran/sumber kehidupan yang mencerminkan lapangan tempat Angkatan Darat/Infanteri menjalankan tugasnya.
(2)   Warna biru berarti kesetiaan dan damai yang melambangkan kesetiaan serta ketetapan hati terhadap dasar-dasar Sapta Marga dan sila-sila Pancasila serta tegas dan konsekwen dalam menjalankan tugas demi kepentingan Nusa dan Bangsa.
(3)   Warna kuning yang berarti keagungan dan kemuliaan.
(4)   Warna merah berarti keberanian yang melambangkan jiwa dan keprajuritan yang luhur yaitu kerelaan berkorban, kepatuhan akan perintah-perintah atasan, kejujuran disegala lapangan dan keberanian dalam menghadapi lawan siapapun juga.
(5)   Warna putih berarti suci yang melambangkan kesucian, kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugas tanpa pamrih.
(6)   Warna hitam berarti keteguhan yang melambangkan keteguhan dan pantang mundur dalam melaksanakan tugas.

3)   Tiang dengan kepala tiang.

a)   Tiang tunggul terdiri dari dua bagian yaitu :
(1)    Kepala tiang.
(2)    Tiang/tongkat tiang.

b)   Kepala tiang.            Dibuat dari logam berwarna kuning emas bergambar burung kartika eka paksi, berdiri kokoh sambil mengepakkan sayap yang mempunyai makna bahwasanya setiap waktu prajurit Yonif 123/RW tetap semangat dan pantang menyerah serta setiap saat siap untuk digerakkan membela NKRI.

c)   Tiang/Tongkat tiang.
Panjang 200 cm
Garis tengah 3,5 cm.
Tempat pegangan tangan berbentuk bunga melati berkelopak 5 ( lima ) buah.

4)   Kesimpulan
a)       Arti dan makna keseluruhan lukisan tunggul Batalyon Infanteri 123/RW adalah merupakan burung yang di segani dimana–mana, dengan paruh ternganga kedua belah kuku terbuka siap menyerang dan menghancurkan musuh serta siap untuk menjalankan tugas Negara tanpa ragu – ragu.
b)       Dalam menjalan kan tugas senantiasa berpedoman kepada Sapta Marga dan Sumpah Prajurit, menjunjung tinggi Pancasila sebagai Idiologi Negara dalam Mengamankan tanah air Indonesia dengan jiwa/semangat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Arti lambang atribut dan semboyan Batalyon.

1)  Lukisan atribut Batalyon Infanteri 123 yang berbentuk Burung Rajawali dan Sangkur terhunus dengan penjelasan sebagai berikut :
a)   Tata warna terdiri dari Hijau, Merah, Kuning, Putih dan Hitam.
b)   Kata Rajawali dengan warna Kuning Emas sebagai warna dasar.
c)   Lukisan terdiri dari :
(1)   Gambar seekor burung Rajawali berwarna hitam berkepala putih, paruh ternganga dan kuku kedua belah kaki siap tempur.
(2)   Sangkur terhunus berwarna putih mengkilap.
(3)   Tulisan Rajawali berwarna merah darah dengan warna kuning emas sebagai warna dasar.
d)   Tulisan melengkung “ Berani dan Pantang Menyerah “ adalah semboyan Yonif 123/RW mengandung makna bahwa setiap prajurit Yonif 123/RW berani berbuat dan berani bertanggung jawab serta tidak takut akan segala ancaman yang akan menimpa segala akibat untuk menyerah sebelum titik darah penghabisan demi membela harkat dan martabat sebagai seorang prajurit TNI AD demi tegaknya NKRI.

2)   Arti dan Makna
a)   Lukisan
(1)  Seekor burung rajawali berkepala putih dengan paruh ternganga kedua kaki terbuka dalam sikap tempur, siaga untuk menyerang dan menghancurkan musuh. Selalu menempatkan diri dengan tangkas diatas ketinggian yang maksimal mengartikan Yonif 123 selalu mengutamakan keterampilan dan keunggulan.
Mempunyai sifat kepahlawanan dalam cerita Moyang Pura, atas keberanian dan kegagahan perkataan burung GARUDA JATAYU membela DEWI SHINTA lambang kesucian sampai titik darah terakhir.
(2)  Berkepala putih dengan paruh ternganga melambangkan kejujuran/berterus terang dan keberanian dalam melaksanakan tugas tanpa ragu-ragu.
(3)  Kuku kaki kedua belah terbuka mewujudkan akan menghancurkan musuh tanpa pandang bulu dan tidak kenal kompromi, 5 ( lima ) jari kuku kaki kiri dan kanan bersenjatakan sumpah prajurit.
(4)  Sangkur terhunus berwarna putih melambangkan ketajaman prajurit Yonif 123/Rajawali dalam berpikir, bertindak didalam menjalankan tugas baik di daerah damai maupun tugas operasi karena mempunyai disiplin dan kemampuan tempur yang tinggi.
(5)  Tulisan kalimat “ RAJAWALI “ adalah nama Batalyon Infanteri 123 yang terikat pada hukum disiplin dan peraturan Tentara, mempunyai loyalitas dan persatuan yang erat antara sesama didalam Kesatuan Yonif 123 khususnya dan TNI-AD pada umumnya.

b)   Tata Warna
(1)  Warna Hijau berarti kemakmuran/sumber dan kehidupan yang mencerminkan kepulauan nusantara yang lapangan tempat angkatan darat/Infanteri menjalankan tugasnya.
(2)   Warna merah berarti keberanian yang melambangkan jiwa dan keprajuritan yang luhur yaitu kerelaan berkorban, kepatuhan akan perintah-perintah atasan kejujuran disegala lapangan dan keberanian dalam menghadapi lawan siapapun juga.
(3)   Warna kuning yang berarti keagungan dan kemuliaan yang dimiliki oleh setiap prajurit Yonif 123/RW dalam pelaksanaan tugas dimanapun berada dan bertugas.

c)    Kesimpulan
(1)   Arti dan makna keseluruhan lukisan atribut Batalyon Infanteri 123/ RW adalah merupakan burung yang di segani dimana–mana,  paruh ternganga kedua belah kuku terbuka siap menyerang dengan sangkur terhunus menggambarkan ketajaman naluri prajurit Yonif 123/Rajawali didalam menghancurkan musuh serta siap untuk menjalankan tugas Negara tanpa ragu – ragu.
(2)   Dalam menjalankan tugas senantiasa berpedoman kepada Sapta Marga dan Sumpah Prajurit, menjunjung tinggi Pancasila dan sebagai Idiologi Negara dalam mengamankan Tanah Air Indonesia dengan jiwa/semangat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
PERSONEL YANG GUGUR DALAM TUGAS 

  1. Mayor Inf Anm OS.Rajagukguk gugur tanggal 03 Mei 1976 di Comorow (Tim-tim )
  2. Lettu Inf Anm Imam gugur di daerah Sijangkung (Kalbar)
  3. Serma Anm MA. Damanik gugur tanggal 27 Desember 1976 di Balibar (Tim-tim)
  4. Sertu Anm Arifin Simanjuntak gugur tanggal 03 Mei 1976 di Laklubar (Tim-tim)
  5. Serda Anm Suparjo gugur tanggal 03 Mei 1976 di Comorow (Tim-tim)
  6. Serda Anm T. Manalu gugur tanggal 12 Maret 1976 di Balibar (Tim-tim)
  7. Serda Anm Kasoyo gugur tanggal 03 Mei 1976 di Basilau (Tim-tim)
  8. Serda Anm T.Tarigan gugur tanggal 12 Mei 1976 di Basilau (Tim-tim)
  9. Serda Anm Kasidi gugur tanggal 27 Juli 1976 di Laklubar (Tim-tim)
  10. Koptu Anm Mahyudin gugur tanggal 27 Mei 1976 di Comorow (Tim-tim)
  11. Koptu Anm Z.Hasibuan gugur tanggal 03 Juni 1976 di Comorow (Tim-tim)
  12. Pratu Anm M.Ilham gugur tanggal 03 Mei 1976 di Comorow (Tim-tim)
  13. Pratu Anm S.Silalahi gugur tanggal 03 Mei 1976 di Comorow (Tim-tim)
  14. Pratu Anm Sukasman gugur tanggal 12 Mei 1976 di Comorow (Tim-tim)
  15. Serda Anm Jamhari gugur tanggal 14 Agustus 1978 di Laclo (Tim-tim)
  16. Kopda Anm H.Nasution gugur tanggal 12 Juni 1978 di Barilise (Tim-tim)
  17. Kopda Anm RE.Sianipar gugur tanggal 28 Juni 1978 di Barilise (Tim-tim)
  18. Kopda Anm Jengsi Simbolon gugur tanggal 18 Agustus 1986 di Baucau (Tim-tim)
  19. Kopda Anm Ramses Panggabean gugur tanggal 29 Juli 1986 di Lospalos (Tim-tim)
  20. Pratu Anm IP.Barus gugur tanggal 13 Juli 2000 di Julok Aceh Timur (NAD)
  21. Praka Anm B.Lahagu gugur tanggal 29 Mei 2003 di Seuruway A.Tamiang (NAD)
  22. Prada Anm Marlyawan gugur tanggal 30 Mei 2003 di Seuruway A.Tamiang (NAD)
  23. Prada Anm R.Saragih gugur tanggal 13 April 2004 di Pulo Tiga A.Tamiang (NAD)

Bidang operasi.

Pada setiap Operasi Militer  yang dilaksanakan,  Yonif 123/Rajawali selalu berperan aktif baik sebagai satuan yang langsung membawa nama Kodam I/BB maupun sebagai satuan yang diperbantukan  untuk memperkuat Kesatuan lain seperti :
Pada Tahun 1974 melaksanakan Operasi PGRS di Kalimantan Barat.
Pada Tahun 1976 melaksanakan Operasi di Timor Timur.
Pada Tahun 1977 melaksanakan Pam Pemilu di Daerah Tapanuli dan Nias.
Pada Tahun 1978 melaksanakan Operasi di Timor Timur BP Linud  100/PS 2 Kompi.
Pada Tahun 1982 Pam Pemilu di Daerah Tapanuli dan Nias.
Pada Tahun 1983 s/d 1984 melaksanakan Pam Proyek Vital di Nias.
Pada Tahun 1985 s/d 2004 melaksanakan Pam Proyek Vital di Sigura-Gura.
Pada Tahun 1986 s/d 1988 melaksanakan Operasi di Timor Timur  BP  Yonif 122/TS 1 Kompi.
Pada Tahun 1989 melaksanakan Operasi di Timor Timur BP Yonif 125/SMB 1 Kompi.
Pada Tahun 1990 s/d 1995 melaksanakan Operasi Jaring Aceh.
1)  Operasi Jaring Aceh I Tahun 1990.
2)  Operasi Jaring Aceh II Tahun 1991.
3)  Operasi Jaring Aceh III Tahun 1992.
4)  Operasi Jaring Aceh VII Tahun 1995.

Pada Tahun 1994 melaksanakan Operasi Timor Timur.
Pada Tahun 1996 melaksanakan Operasi Irian Jaya BP Yonif 125/SMB sebanyak 10 orang.
Pada Tahun 1999 melaksanakan Operasi Pemburu Rajawali sebanyak 100 orang.
Pada Tahun 2000 melaksanakan  Pam  Rah  Rawan Aceh BP   Yonif 133/YS sebanyak 1 SSK.
Pada Tahun 2001 melaksanakan Pam Obvitnas Rah Rawan Aceh sebanyak 500 orang.
Pada Tahun 2002 melaksanakan Pam Obvitnas Rah Rawan Aceh  sebanyak 29 orang BP Yonif 125/SMB.
Pada Tahun 2002 melaksanakan Pam Obvitnas Rah Rawan Aceh sebanyak 1 SSK BP Yonif 131/BRS.
Pada Tahun 2003 s/d 2004 melaksanakan Ops Imbangan Rah Rawan Aceh sebanyak 433 orang.
Pada Tahun 2004 melaksanakan  Pam  Obvitnas Rah Rawan Aceh  sebanyak 77 orang BP Yonif 125/SMB.
Pada Tahun 2005 melaksanakan Operasi Kemanusiaan di Daerah  Aceh – Nias sebanyak 3 SSK.
dikutip dari:
korem-023ks.mil.id